Selasa, 09 Juni 2009

Kalama Sutta

Kalama sutta adalah sebuah dasar penyelidikan bebas atau sebuah panduan untuk mencari kebenaran secara bijaksana. Panduan ini berawal dari pengalaman Budha yang pernah datang ke desa yang dihuni oleh orang-orang Kalama. Suku Kalama terdiri dari orang-orang yang cerdas dan pintar di India.Suku Kalama berdiskusi tentang Bagaimana untuk mengetahui kebenaran sebuah ajaran yang dibawa oleh seseorang. Sementara orang lain, atau guru-guru spritual (agama) yang lain juga mengajarkan kebenaran dan kebaikan. Perdebatan ini menjadi topik hangat, dalam diskusi ini dirumuskan sebuah cara untuk mengetahui sebuah kebenaran, yang lebih di kenal dengan Kalama Sutta (dasar penyelidikan bebas). Yaitu:
1. Janganlah percaya begitu saja pada apa yang kita dengar hanya karena kita telah mendengar itu sejak lama
2. Janganlah mengikuti tradisi secara membuta hanya karena hal itu telah dipraktikkan secara turun temurun.
3. Janganlah cepat terpancing desas desus
4. Janganlah menyakini segala sesuatu hanya karena hal itu sesuai dengan ktab suci kita, karena pemahaman kita yang "kurang cerdas" dari maksud dan makna yang di tulis di kitab suci.
5. Janganlah membuat asumsi-asumsi secara bodoh
6. Janganlah tergesa-gesa menarik kesimpulan berdasarkan apa yang kita lihat dan dengar
7. Janganlah terkecoh oleh penampakan-penampakan luar
8. Janganlah berpegang kuat pada pandangan atau gagasan apapun hanya karena kita menyukainya
9. Janganlah menerima segala sesuatu yang kita pandang masuk akal sebagai fakta
10. Janganlah menyakini segala sesuatu hanya karena rasa hormat dan segan pada guru-guru spritual kita.

Seyogianya kita bisa mengatasi pendapat dan kepercayaan. Kita bisa menolak segala sesuatu yang mana jika dijalankan atau diterima akan menyebabkan meningkatnya kemarahan (Kebencian), keserakahan (Nafsu keinginan), dan kegelapan jiwa (pandangan salah). Pengatuan bahwa kita marah, serkah atau gelap jiwa tidak tergantung pada kepercayaan atau pendapat. Ingatlah kemarahan, keserakahan, dan kegelapan jiwa merupakan perbuatan tercela di muka bumi. artinya itu tidak bermanfaat dan semestinya dihindari.

Sebaliknya, kita bisa menerima segala sesuatu yang mana jika diterima dan dijalankan membawa cinta kasih tanpa syarat, berkecukupan, dan kebijaksanaan. Hal-hal ini memungkinkan kita pada setiap waktu dan tempat untuk mengembangkan pikiran yang bahagia penuh damai. Oleh karena itu, mereka yang bijaksana menjunjung cinta kasih tanpa syarat, berkecukupan, dan kebijaksanaan.

Hal inilah menjadi indikator atau kriteria kita dalam menerima kebenaran atau bukan; mengenai praktik spritual atau bukan.