Kamis, 26 Februari 2009

Energi dan Semangat KU

Beberapa hari ini saya di Jakarta, sangat senang sekali kembali bisa berkumpul dengan keluarga. Anak ku yang lucu-lucu selalu bisa menghapus lelah dan letih setelah berkeliling di Dapil. Istriku yang selalu senyum dan setia mendukung setiap langkah politikku tentu saja sebuah energi yang tak ternilai. Mereka adalah jiwa ku.

Beberapa hari di rumah, aku bisa kembali mengajari anak-anak ku tentang kehidupan dunia, moral dan mengenali dunia ini. Kadang ingin rasanya aku selalu bersama mereka. Ya... anak-anak dan istriku adalah manusia-manusia yang harus selalu kujaga dan kusayangi. Karena mereka inilah tanggungjawabku sebagai kepala Rumah tangga.

Jauh di Sumbar sana, teman-teman (masih muda semua) tetap melakukan kerja-kerja politik untuk memenangi pemilu 2009. Terima kasih saudara-saudaraku...walau tanpa uang yang berlimpah, dengan komitmen berkarya yang terbaik, menjadi energi dan semangat kita untuk memenangkan hati rakyat. Bersama-sama kita selalu bisa melakukan apapun untuk kebaikan dan kemaslahatan masyarakat. Mudah-mudahan semua mendapat Ridho dari Allah Sang Pencinta.

Besok, senin tanggal 2 Maret saya mesti kembali ke dapil (Pariaman, Kab. Padang Pariaman, Agam dan Bukittinggi) untuk sosialisasi, berdiskusi dan yang pasti melakukan kerja-kerja politik guna menuju kursi parlemen. Anak-anak ku maafkan ayah tidak bisa setiap saat bisa bersama kalian, kita tidak bisa bernyanyi dan belajar bersama. Tetapi hati dan jiwa ayah selalu hadir disamping kalian untuk bernyanyi, belajar dan menari bersama. Istriku.. maafkan suami mu ini karena selama aku ke dapil dirimu harus sendirian menjaga buah hati kita. Tapi percayalah..setiap langkah dan denyut nadiku, adalah do'a yang selalu mengiringi langkah dan hari-harimu. I LOVE U .......

Senin, 16 Februari 2009

Posisi Strategis Pemilih dalam Pemilu

Pemilu 2009 diyakini akan memunculkan berbagai bentuk kompetisi baru dalam merebut suara pemilih. Keyakinan ini didasari Pembangunan sector pertanian dan perikanan selama ini belum menjadi prioritaoleh beberapa faktor, yaitu Pemilu 2009 diikuti oleh 38 Partai Politik Nasional dan 6 Partai Politik lokal. Tentu saja, setiap partai akan bekerja secara maksimal agar partai mendulang dukungan dari pemilih. Berbagai cara dilakukan oleh partai politik, mulai dari konsolidasi internal, pendekatan pada kelompok kepentingan (ulama, organisasi agama, kepemudaan, serikat pekerja dan lain-lain). Berbagai macam media kampanye terus dilakukan oleh partai politik dan calon legislatif. Tak hanya itu, janji-janji politik pun terlontar, ada yang akan berjuang untuk rakyat, ada yang peduli dengan rakyat, ada yang bicara pendidikan, kesehatan dan lain sebagainya. Upaya-upaya mengambil simpati pemilih ini telah dilakukan sejak kampanye dimulai bulan Juli 2008. Walaupun, sesungguhnya jauh sebelum bulan Juli pun partai-partai dan calon legislatif telah melakukan sosialisasi kepada masyarakat dalam beragam bentuk.

Pemilu adalah prosedur demokratis dalam memilih pemimpin (Presiden, Gubernur, Bupati/walikota dan Anggotta DPR/D). Pemilu juga akan menghasilkan pemimpin yang akan bekerja selama 5 tahun dalam mengelola negara. Dalam konteks pemilu, maka pemilih memiliki posisi yang sangat strategis. Pemilih sebagai penentu nasib partai politik dan calon legislatif dalam pemilu. Artinya, penghargaan dan pemahaman terhadap keinginan dan kebutuhan pemilih harus diperhatikan oleh parpol dan calon legislatif. Sayangnya, penghargaan dan pemahaman terhadap keinginan dan kebutuhan masyarakat pemilih oleh partai politik dan calon legislatif di artikan dengan memberi janji politik tanp melihat realitas yang berkembang di masyarakat. Bahkan, ta jarang keinginan dan kebutuhan masyarakat pemilih ”hanya” dihargai dengan sejumlah uang atau barang lainnya.

Kebutuhan dan keinginan masyarakat yang diganti dengan ”uang” adalah bentuk penghinaan terhadap masyarakat pemilih itu sendiri. Mestinya, masyarakat terima saja uang tersebut, tetapi dalam memilih calon legislatif dan partai politik dalam pemilu 9 April 2009, tetap mengedepankan visi misi, karya dan jejak rekam calon legislatif. Sudah saatnya, masyarakat ”menghukum” Partai politik dan calon legislatif yang menyamakan keinginan dan kebutuhan masyarakat sama dengan ”uang 100 ribu, benih atau makan-makan”.

Jadilah pemilih cerdas

Mengadapi pemilu tanggal 9 April 2009, pemilih harus lebih cerdas. Karena jika salah dalam memilih, maka negara yang sudah ditepi jurang kehancuran akan makin parah, minimal dalam 5 tahun kedepan. Untuk itu perlu kiranya pemilih melakukan beberapa langkah yaitu:
1. Kenali partai politik dan calon legislatif sesuai dengan daerah pemilihan masing-masing. Informasi tentang partai politik dan calon legislatif bisa di akses di KPU, media massa, TV dan internet.
2. Kenali jejak rekam calon legislatif melalui karya-karya calon legislatif.
3. Jika ada Partai politik atau Calon Legislatif memberi uang, barang (benih, pupuk dll), terima saja, tetapi dalam pemilu 9 April 2009, pilihlah partai atau calon legislatif yang benar-benar memiliki jejak rekam yang bersih dan anda kenal.
4. Logikanya apabila calon legislatif memberi uang, maka akan ada kecenderungan pada saat duduk sebagai anggota DPR/D pasti akan korupsi dan tidak peduli dengan kepentingan masyarakat. Karena, gaji anggota DPR/D tidak akan cukup untuk mengembalikan ”modal” bagi-bagi uang yang dilakukan dalam pemilu.
5. Jika uang yang dibagi-bagikan dalam pemilu itu berasal dari pengusaha (penyandang dana) maka dapat dipastikan ketika calon legislatif duduk sebagai anggota DPR/D hanya akan memperjuangkan kepentingan penyandang dana.

Sebagai pemilih ditangan anda lah nasib Negara ini 5 tahun yang akan datang. Saatnya pilih calon legislatif yang bersih, anti korupsi, peduli petani dan nelayan, buruh, pedagang kecil, pegawai serta peduli ibu dan anak. Jadilah pemilih cerdas, INDONESIA JAYA. MERDEKA!!!

*Koordinator Solidaritas Indonesia

Rabu, 04 Februari 2009

Cape; nikmat

Hari ini diawali dengan sesuatu yang membuat semuanya pasti berantakan. Bermula dari telpon yang mendadak saya terima, segera setlah menerima telpon tersebut saya berangkat ke Bandara Soekarno-hatta. Memang, sebenarnya hari ini saya mesti ke padang. Namun, karena telpon tersebut saya mempercepat penerbangan saya hari ini. Sialnya, begitu sampai bandara, dengan setengah berlari, saya harus ngantri untuk cek in. Seperti biasa dan dari dulu tidak berubah, Bandara Soekarno Hatta selalu semberaut dan tidak ada informasi yang jelas. Baik dari pengelola bandara -Angkasapura- maupun dari masakapai penerbangan. Padahal Bandara ini adalah pintu gerbang utama masuk ke Indonesia. Mulai dari calo, jorok dan bau, lalu lintas yang awut-awutan sampai pada pelayanan penerbangan yang kacau balau. Tapi ya sudahlah...inilah negeriku.

Setelah cek in, bergegas saya menuju ruang tunggu, jam menunjukkan pukul 15.30 wib. Sesuai schedule, saya mesti terbang jam 15.40 wib. Saya terus berlari menuju ruang tunggu, hampir saja saya terpeleset karena lantai menuju ruang tunggu yang basah karena air hujan yang memang sedang membasahi sekujur Jakarta. Lha? Bandara International kok bisa-bisanya lantainya licin karena hujan...duh...nambah lagi satu keluhan. Ya sudah maklumi aja, karena ini Republik kita.

Sepanjang koridor menuju ruang tunggu, banyak orang nongkrong seenaknya, ada yang tidur-tiduran, berselonjor, dan enak benar tuh rokok ngepul. Mirip tempat penampungan TKI ya...atau penampungan Transmigrasi zaman orde baru. Smoking Area yang tersedia seperti hiasan yang tak berguna, tong sampah ada dimana-mana, tapi sampah berserakan dimana-dimana. Kapan kita bisa tertib dan disiplin?

Sampai di ruang tunggu, tanya petugas maskapai:
Saya : Udah Boarding?
Petugas : sebentar lagi pak
s: Jam berapa?
p: Sebentar lagi pak
s: 5 menit? 10 menit? atau 30 menit?
p: sebentar lagi pak, ntar juga di panggil

waduh.... ini petugas nggak ngerti bahasa Indonesia kali ya. kok jawabannya nggak jelas, sebentar lagi, weleh-weleh. Padahal jika masih agak lama, saya berniat mau makan dulu, karena tadi nggak sempat makan siang. Yah....di negeri ini tidak ada yang bisa pasti dan jelas. semua seolah-olah di abaikan. Padahal hak penumpang untuk dapat informasi dan pelayanan yang baik dari maskapai penerbangan.

Akhirnya, seperti dugaan saya, penerbangan saya di delay...... cape deh...

Pukul 18.00 wib akhirnya pesawat yang saya tumpangi take off menuju padang. Perut saya tetap dalam keadaan kosong karena belum sempat makan, dan seperti dugaan saya, dipesawat juga tidak ada makanan dan tidak ada yang jual. Ya akhirnya saya berusaha tidur untuk menghibur perut yan terus kriuk-kriuk protes belum di isi. Akhirnya saya landing di PAdang dengan selamat. Begitu keluar pesawat hanya satu tujuan saya yaitu MAKAN. lapar bro...

Setelah celingak-celinguk, akhirnya saya menemukan rumah makan yang masih buka dan satu-satunya yang buka malam itu. Itupun sudah beres-beres mau tutup. Dengan setengah hati mereka melayani pesanan makanan saya.... duh saya langsung makan dengan lahap...begitu selesai, rumah makan itupun tutup. Tapi bukan itu yang membuat saya kaget, tetapi ketika mereka menyodorkan bilyet pembayaran atas nasi soto yang saya makan -hanya ini menu yang ada-, di situ tertulis angka 120 ribu...mak...soto apa pula ini...duh..dengan kesal saya bayar dan langsung naik taksi dengan satu tujuan pulang dulu ke pariaman kampung tercinta.

Pagi hari, bangun sholat subuh, olah raga ringan, mandi dan siap-siap melakukan kerja-kerja politik, maklum caleg ni he he. Sambil berjalan keluar rumah, saya datangi warung favorit saya untuk sarapan pagi, Ketupat gulai pakis pake sala bulek khas pariaman. Saya dah membayangkan kenikmatannya. Gulai pakis yang agak asam tapi pedas di campur dengan sala yang berisi ikan...nikmat..... Tak lama saya sampai di warung itu...karena memang jaraknya dari rumah sekitar 50 meter. Ternyata warung itu tutup. Tidak ada yang tahu kenapa dia tutup. Akhirnya saya putuskan sarapan di warung lontong mie (walau saya kurang suka) yang dekat masjid. Lumayan untuk menganjal perut. Saya melirik jam tangan, wow sekarang pukul 07.30 wib, saya harus sampai di daerah yang saya tuju pukul 9.00 wib karena janji pertemuan dengan kelompok tani dan nelayan. Bergegas saya bayar dan meninggalkan warung tersebut menuju halte. Saya mesti naik bis, karena memang nggak punya mobil di dapil (caleg kere ni).

Bis yang biasanya lewat setiap 10 menit, tak kunjung ada, kalaupun ada udah penuh sesak...waduh...bisa terlambat ni...belum jadi wakil rakyat aja dah jam karet...apa nanti kata konsituen saya? berbagai macam pikiran berkecamuk dalam pikiran saya.... Tapi yang jelas itu karena saya tidak terbiasa terlambat. Akhirnya Bis yang saya tunggu datang juga, jam sudah menujukkan pukul 8.45 wib, saya telpon teman yang di sana, untuk memberi tahu bahwa saya terlambat, hp nya tidak aktif. Akhirnya saya hanya pasrah dan berdoa agar semuanya lancar. Setelah setengah jam perjalanan, saya harus naik angkot untuk mencapai daerah tujuan. Alhamdulillah semuanya lancar.

Ketika saya datang ke lokasi, sudah ramai orang berkumpul...duh malu ni terlambat....Tapi saya harus hadapi dan berkata jujur bahwa terlambat bukan budaya yang baik. Akhirnya pertemuan di mulai. Banyak hal yang disampaikan oleh petani dan enlayan pada saya. Mulai dari harapan, ketakutan, keluhan, ketidakpercayaan, uji kemampuan, trackrecord dll. Saya hanya mendengar, dan tidak memberi jawaban atau janji apapun pada mereka. Kita hanya coba bangun komitmen bersama, yang Insya Allah saya akan jalankan, baik menjadi anggota DPR atau tidak jadi anggota DPR. Karena apa yang mereka sampaikan sesungguhnya adalah tanggungjawab kita bersama untuk memperbaiki nasib dan martabat hidup petani dan nelayan di negeri ini.

Pertemuan di akhiri dengan saling tukar no hp bagi yang punya hp. Tetapisatu yang paling berkesan di hati saya bahwa, pertemuan ini membuat saya menemukan keluarga baru, Indonesia yang selama ini hilang, semua muncul dalam pertemuan ini. Saya diam sejenak...mungkin ini hikmah dari kesemberawutan yang saya alami dari mulai berangkat sampai sebelum pertemuan ini. Ketika menulis blog ini, kami baru saya berdiskusi tentang manusia dan matabat kemanusiaan. Saya banyak dapat ilmu dari mereka tentang memahami hidup dan manusia...inilah kenikmatan yang luar biasa di bandingkan ketupat gulai pakis pake sala bulek...