Senin, 16 Februari 2009

Posisi Strategis Pemilih dalam Pemilu

Pemilu 2009 diyakini akan memunculkan berbagai bentuk kompetisi baru dalam merebut suara pemilih. Keyakinan ini didasari Pembangunan sector pertanian dan perikanan selama ini belum menjadi prioritaoleh beberapa faktor, yaitu Pemilu 2009 diikuti oleh 38 Partai Politik Nasional dan 6 Partai Politik lokal. Tentu saja, setiap partai akan bekerja secara maksimal agar partai mendulang dukungan dari pemilih. Berbagai cara dilakukan oleh partai politik, mulai dari konsolidasi internal, pendekatan pada kelompok kepentingan (ulama, organisasi agama, kepemudaan, serikat pekerja dan lain-lain). Berbagai macam media kampanye terus dilakukan oleh partai politik dan calon legislatif. Tak hanya itu, janji-janji politik pun terlontar, ada yang akan berjuang untuk rakyat, ada yang peduli dengan rakyat, ada yang bicara pendidikan, kesehatan dan lain sebagainya. Upaya-upaya mengambil simpati pemilih ini telah dilakukan sejak kampanye dimulai bulan Juli 2008. Walaupun, sesungguhnya jauh sebelum bulan Juli pun partai-partai dan calon legislatif telah melakukan sosialisasi kepada masyarakat dalam beragam bentuk.

Pemilu adalah prosedur demokratis dalam memilih pemimpin (Presiden, Gubernur, Bupati/walikota dan Anggotta DPR/D). Pemilu juga akan menghasilkan pemimpin yang akan bekerja selama 5 tahun dalam mengelola negara. Dalam konteks pemilu, maka pemilih memiliki posisi yang sangat strategis. Pemilih sebagai penentu nasib partai politik dan calon legislatif dalam pemilu. Artinya, penghargaan dan pemahaman terhadap keinginan dan kebutuhan pemilih harus diperhatikan oleh parpol dan calon legislatif. Sayangnya, penghargaan dan pemahaman terhadap keinginan dan kebutuhan masyarakat pemilih oleh partai politik dan calon legislatif di artikan dengan memberi janji politik tanp melihat realitas yang berkembang di masyarakat. Bahkan, ta jarang keinginan dan kebutuhan masyarakat pemilih ”hanya” dihargai dengan sejumlah uang atau barang lainnya.

Kebutuhan dan keinginan masyarakat yang diganti dengan ”uang” adalah bentuk penghinaan terhadap masyarakat pemilih itu sendiri. Mestinya, masyarakat terima saja uang tersebut, tetapi dalam memilih calon legislatif dan partai politik dalam pemilu 9 April 2009, tetap mengedepankan visi misi, karya dan jejak rekam calon legislatif. Sudah saatnya, masyarakat ”menghukum” Partai politik dan calon legislatif yang menyamakan keinginan dan kebutuhan masyarakat sama dengan ”uang 100 ribu, benih atau makan-makan”.

Jadilah pemilih cerdas

Mengadapi pemilu tanggal 9 April 2009, pemilih harus lebih cerdas. Karena jika salah dalam memilih, maka negara yang sudah ditepi jurang kehancuran akan makin parah, minimal dalam 5 tahun kedepan. Untuk itu perlu kiranya pemilih melakukan beberapa langkah yaitu:
1. Kenali partai politik dan calon legislatif sesuai dengan daerah pemilihan masing-masing. Informasi tentang partai politik dan calon legislatif bisa di akses di KPU, media massa, TV dan internet.
2. Kenali jejak rekam calon legislatif melalui karya-karya calon legislatif.
3. Jika ada Partai politik atau Calon Legislatif memberi uang, barang (benih, pupuk dll), terima saja, tetapi dalam pemilu 9 April 2009, pilihlah partai atau calon legislatif yang benar-benar memiliki jejak rekam yang bersih dan anda kenal.
4. Logikanya apabila calon legislatif memberi uang, maka akan ada kecenderungan pada saat duduk sebagai anggota DPR/D pasti akan korupsi dan tidak peduli dengan kepentingan masyarakat. Karena, gaji anggota DPR/D tidak akan cukup untuk mengembalikan ”modal” bagi-bagi uang yang dilakukan dalam pemilu.
5. Jika uang yang dibagi-bagikan dalam pemilu itu berasal dari pengusaha (penyandang dana) maka dapat dipastikan ketika calon legislatif duduk sebagai anggota DPR/D hanya akan memperjuangkan kepentingan penyandang dana.

Sebagai pemilih ditangan anda lah nasib Negara ini 5 tahun yang akan datang. Saatnya pilih calon legislatif yang bersih, anti korupsi, peduli petani dan nelayan, buruh, pedagang kecil, pegawai serta peduli ibu dan anak. Jadilah pemilih cerdas, INDONESIA JAYA. MERDEKA!!!

*Koordinator Solidaritas Indonesia

3 komentar:

Anonim mengatakan...

baru ini ada caleg yang mengkampanyekan anti politik uang....salut...salut...Selamat berjuang BUNG...LAWAN KORUPSI INDONESIA JAYA!!!!

Anonim mengatakan...

Jangan pilih politisi busuk yang suka membeli suara rakyat....Saya setuju dengan BUNG, saatnya kita menghukum para caleg dan parpol yang ingkar janji...

Anonim mengatakan...

kalau semua caleg seperti bung Mahmuddin ini, baru kita bs berharap pada legislatif...klo masih yang lama-lama...cape deh...