Senin, 03 November 2008

Politik; Bingung

Beberapa hari ini saya disibukan oleh telpon dari berbagai pihak. Mulai dari teman, saudara sampai yang nggak dikenal kemudian ternyata saudara juga. Awal pembicaraan pastilah berbasa basi, menanyakan kesehatan, keluarga atau kerjaan. Tetapi feeling saya, mengatakan bahwa telpon yang dari mereka ini pasti tidak ada hubungannya dengan pertanyaan basa basi tersebut. Namun, saya tetap menerima dengan mengikuti alur pembicaraan mereka. Agak aneh memang, karena selama ini -walaupun saya sudah kenal lama- beliau-beliau ini tidak pernah telpon atau menanyakan keadaan saya dan keluarga, bahkan sekedar ucapan "selamat idul fitri pun" tidak pernah mampir di HP saya.

Pagi-pagi saya HP saya berdering, kebetulan istri saya yang jawab -saya lagi asyik bermain dengan anak-anakku tercinta- maklum hari libur. Istriku membawakan HP pada saya dan mengatakan ada telpon dari sepupu saya. "siapa" ketika saya tanya istriku pun bingung. HP itu saya terima, terdengar diseberang sana suara perempuan, "apa kabar mahmuddin?", sehat-sehata aja kan... lagi sibuk ngggak?, tentu saya agak kaget dengan berondongan pertanyaan tersebut. Langsung saja saya potong pembicaraannya, "maaf ini siapa ya?". Ini aku N***, Siapa? N***, anak C**** , oh... ada apa?.

Saya dengar mahmuddin maju sebagai Caleg dari PDIP untuk Dapil Sumbar, spontan saya jawab "Iya". kemudian, sepupu saya ini curhat tentang tentang peluang pencalonan legislatif untuk daerah pemilihan Sumbar. Saya hanya diam menjadi pendengar yang baik. Setelah cukup lama -kuping sayapun sudah panas- sambil di loadspeaker, saya tanya " ada apa ni?...apa kamu maju juga? tanya saya langsung aja, karena selama menjadi pendengar, pembicaraan beliau tidak jauh dari pencalonan legislatif. Beliau langsung jawab ya....akhirnya...aku tau juga maksudnya call me. Selanjutnya pembicaraan berkisar pada peluang menjadi anggota legislatif, kadang-kadang diselingi curhat tentang partai yang mengusung baik masalah internal maupun masalah eksternal. Aneh juga, kok kejelekan sistem di partainya disampaikan pada saya.. walaupun sepupu, saya kan berbeda partai dan pasti akan memanfaatkan kelemahan partai-partai lain dalam meraup suara pemilih. Akhirnya beliau menyampaikan bahwa jika saya tidak serius maju sebagai Caleg, kiranya bisa membantu beliau dalam pencalonan legislatif. Saya jawab diplomatis saja, pasti akan dibantu apalagi saudara sendiri.

Berselang, ada beberapa teman yang telpon saya. semuanya adalah calon dari berbagai partai, ada yang minta bantu dana (padahal saya juga pas-pasan he he), ada yang minta dikenalin dengan tokoh-tokoh di Sumbar (saya aja nggak kenal juga he he), ada yang minta diundang dalam acara-acara yang dilaksanakan oleh kelompok tani dan nelayan yang saya dampingi. Bahkan ada yang minta dibantu dalam sosialisasi dan penyusunan strategi kampanye dan program kerja.

Saya jadi bingung, apa modal teman-teman ini maju sebagai calon? apa ini yang dinamakan latah politik??. Bagaimana proses pencalonan yang dilakukan oleh partai politik? sehingga mereka bisa lolos sebagai calon, bahkan dapat nomor urut yang baik (jadi)?. Padahal jika benar-benar siap sebagai politisi tentu semuanya sudah dipikirkan dengan matang. Mulai dari program kerja, strategi pemenangan, basis dukungan dan tentu saja dana kampanye. Tidak perlu lagi bingung dengan berbagai macam konsekuensi sebagai calon legislatif.

2 komentar:

Anonim mengatakan...

Golput aja kale ya...klo caleg nya seperti itu, walah bisa makin hancur republik ini....

Anonim mengatakan...

Politisi di Indonesia bukan sebuah profesi yang terhormat, tetapi orang menjadi politisi lebih karena "aji mumpung". Tidak pernah ada sebuah proses rekrutmen politik yang cerdas dilakukan oleh partai politik, makanya perlu calon indenpenden, sayangnya ide calon indenpenden (non partisan) juga dijegal oleh politisi DPR yang jelas-jelas berasal dari partai politik...nah...klo sudah begini bingung ya...Golput juga tidak menyelesaikan maslah...pertanyaan mendasar apa perlu Indonesia ini kita "teruskan"?