Minggu, 27 Desember 2009

Dana Bailout Bank Century Bukan dari Uang Negara?

Beberapa hari yang lalu saya, membaca di salah satu wall list friend Facebook saya tulisan ini:
Jakarta - Perhimpunan Bank-Bank Umum Nasional (Perbanas) berpendapat keputusan Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) membuat kekhawatiran industri perbankan hilang karena menyelamatkan Bank Century."Keputusan KSSK membuat kekhawatiran bank-bank hilang, karena menyelamatkan seluruh sistem keuangan dengan menyelamatkan sebuah Bank," ujar Ketua Perbanas Sigit Pramono di Jakarta, Rabu (23/12/2009).

Membaca tulisan di wall beliau tersebut, saya tulis di wall beliau:
Rp. 6,7 Triliun di korupsi....alias di maling....ini soal uang negara (rakyat)....weleh....weleh....

Berselang beberapa saat, teman tersebut langsung memberikan tanggapan atas apa yang saya tulis di wall Facebook beliau tersebut:
Tenang Bung, tolong jawab dengan jernih dan nalar 2 pertanyaan ini:
1. Siapa yang korupsi atau jadi maling?
2. Apakah fakta hukum yang membuktikan bahwa ada uang negara (rakyat) dikorupsi alias dimaling?
Salam.

Saya sejujurnya kaget dengan tanggapan dan pertanyaan dari beliau ini. Saya cermati satu persatu kata-kata tanggapan ini. Rasa-rasanya ada yang aneh dalam tanggapan beliau dan pertanyaan yang beliau ajukan. Dengan sedikit keraguan, saya tanggapi pertanyaan beliau seperti di bawah ini:
kalo dibalik pertanyaannya gimana bung?
1. Anda tau kemana uang 6,7 triliun?
2. Anda tau asal uang 6,7 triliun itu?
3. Anda tau akibat kebijakan apa sehingga uang 6,7 triliun tsb melayang?
mohon dg cinta dan akal sehat.......

Tak lama berselang, beliau langsung meberi jawaban atas pertanyaan saya tersebut:
Ini jawabannya, dan ada buktinya dan tentu dengan cinta dan akal sehat:
1. Uang 6,7 triliun masuk ke BC, tunai 5,3 trilun dan dalam bentuk SUN 1,4;
2. Asalnya dari LPS, berasal dari dana awal 4 triliun kekayaan negara yang dipisahkan dan sisanya dari iuran bank-bank;
3. Kebijakan yang dilakukan Oktober tahun 2008 akibat krisis keuangan global. ...

Saya semakin kaget dengan jawaban yang beliau sampaikan melalui wall Facebook tersebut. Saya cukup mengenal beliau ini, pernah sama-sama dalam sebuah organisasi masyarakat sipil yang konsen dengan pemberantasan korupsi. Nama beliau dalam dunia gerakan pemberantasan korupsi di Indonesia dan dunia juga cukup di kenal. Bahkan beliau ini perah menjadi pimpinan pada salah satu lembaga Hukum Negara yang tugasnya memberantas korupsi sesuai dengan UU 31/99. Sungguh, hati saya berkecamuk, ada apa dengan bapak/teman yang saya hormati ini?.Masak uang yang berasal dari SUN dan LPS tidak dianggap keuangan/kekayaan Negara? Dengan hati yang sedikit sedih saya beri tanggapan balik atas jawaban beliau:

1. SUN itu klo tidak tertagih siapa yang bayar ya...... Tuhan kah?
2. Kekayaan negara itu beda dengan bukan milik rakyat ya?
3. untuk nomor ini, bukan kah negara ini sudah punya pengalaman selalu rugi klo nanti pd saatnya saham milik LPS (negara) itu di jual kembali? kasus BCA dll

Setuju proses hukum di usut sampai tuntas....

Kemudian beliau memberi tanggapan balik atas respon saya di atas:

1 s/d 3 kita sama-sama tahu itu, tapi Anda belum menjawab 2 pertanyaan pertama, langsung menyimpulkan.

Waduh...kok semakin kacau cara berpikirnya ya. Dengan setengah hati saya beri tanggapan respon tersebut:

kalo pertanyaan yang pertama....
saya rasa sudah terjawab dg jawaban anda bahwa pertanyaan nomo 1 s/d 3 kita sama2 tau.....
Kalo dibaca dg cinta dan akal sehat, maka tulisan di wall adalah hal yg biasa saja...dan tidak ada yang menyimpulkan dan menuduh siapa pelaku malingnya........

Setelah itu beliau tidak lagi memberi tanggapan. Saya tidak tahu apa alasan beliau tidak memberi tanggapan. Tapi apa yang ada di kepala menjadi bertanya-tanya. Masak orang sekualitas beliau tidak bisa membedakan mana yang masuk doamin korupsi, kekayaan negara atau politik? Saya bisa memaklumi, mungkin beliau terlalu bersemangat mendukung Sri Mulyani, karena beliau ini sebelumnya juga invite saya untuk bergabung dalam grup ”Kami percaya dengan Integritas Sri Mulyani”. Saking semangatnya dan percayanya denga integritas Sri Mulyani, jawaban diskusi ringan di Wall Facebook itu menjadikan beliau seperti orang yang tidak memiliki logika dan kurang jernih. Mudah-mudahan saya salah......karena jujur saya masih berharap beliau ada tetap dalam satu barisan bersama-sama melawan korupsi di negeri ini. Semoga Beliau kembali bisa berpikir jernih sehingga kita bisa bersama-sama lagi bergerak melawan korupsi. Saya menanti mu kembali kawan!!!!

1 komentar:

Anonim mengatakan...

teman ente itu namanya pengkhianat bos...halal darahnya hahaha