Senin, 08 September 2008

Ironi Super Toy


Menjelang bulan suci Ramadhan, Presiden SBY, melakukan panen pertama padi varietas Super Toy, yang diklaim oleh penemunya, bisa menghasilkan panen sampai 10 ton/ha. Varietas padi ini kemudian dilakukan uji coba dibeberapa daerah sebagai pilot project. Awalnya uji coba ini berjalan baik-baik saja, bahkan memperlihatkan kemungkinan pencapaian produksi maksimal. Artinya Padi Super Toy bisa memberikan harapan baru bagi para petani ini. Karena dengan menggunakan varietas super toy, diharapkan adanya peningkatan pendapatan petani, sedangkan disisi yang lain, kebutuhan pangan nasional terutama beras dapat dipenuhi dengan melakukan penanaman super toy secara massal. Dengan demikian program swasembada pangan dan ketahanan pangan yang dicanangkan oleh pemerintahan SBY bisa tercapai.
Hari itu, Presiden SBY dengan bangga melakukan panen pertama bersama petani dan pejabat yang terkait. Pidato sambutan disampaikan secara langsung oleh Presiden SBY di tengah-tengah acara panen tersebut. hampir semua stasiun TV dan media cetak melakukan liputan acara Presiden tersebut. Berselang sehari kemudian, secara mengejutkan Petani padi supertoy, melakukan protes dan mencak-mencak, karena apa yang selama ini digadang-gadangkan sebagai keunggulan supertoy, kenyataan dilapangan hanyalah bohong belaka. Tentu saja, peristiwa ini membuat semua pihak marah, terutama pemerintah SBY. Kemarahan ini di tujukan pada perusahaan pengembang bibit Supertoy, PT. SHI. Akhirnya, perdebatannya menjadi konsumsi publik. Jika kita melihat "Tragedi Supertoy" terjadi adalah akibat kecerobohan dan kesembronoan Pemerintah SBY. Kecerobohan ini bukan yang pertama kali terjadi, sebelumnya ada "Dogeng Energi Biru". Sayangnya hal semacam ini tetap terulang. ada beberapa pelajaran yang bisa kita petik dari kesembronoan pemerintahan SBY, antara lain:
1. Isue yang selama ini berkembang bahwa Presiden SBY tidak memiliki karakter yang kuat sebagai pemimpin. Selama ini keputusan-keputusan yang diterbitkan oleh Pemerintah, tidak dipahami oleh SBY. Bahkan, rumor yang berkembang, dominasi RI-2 lebih kuat dibandingkan Presiden SBY sendiri.
2. Adanya upaya setor prestasi pada Presiden dari kalangan kabinet dan lingkungan istana. Sayangnya, upaya-upaya asal Bapak Senang (ABS) ini, tidak dicermati dengan hati-hati oleh Presiden SBY. Hal ini, bisa dimaklumi karena menjelang 2009, Presiden harus kudu memperlihatkan prestasi yang pro pada rakyat. Saking banyaknya PR janji-janji politik yang diucapkan pada Pilpres 2004, membuat SBY sering melakukan tindakan seperti orang panik. Peristiwa supertoy ini, memperlihatkan bagaimana begitu mudahnya SBY percaya dengan orang-orang sekitarnya, karena pasti "jualannya" bahwa Supertoy bisa menaikkan citra SBY dan sebagai salah satu upaya pemenuhan janji politik SBY pada kelompok petani.
3. Tidak adanya ketegasan Presiden SBY pada pembantu-pembantunya. Mestinya Presiden memanggil menteri Pertanian dan pejabat terkait lainnya, termasuk bagian Rumah tangga Istana. Lakukan evaluasi sehingga dapat diketahui pada bagian mana kesalahan tersebut terjadi. Dengan demikian pembantu-pembantu Presiden tersebut diberikan Punisment atas kesalahan yang dilakukan. Bahkan jika SBY sedikit berani dan tidak takut dengan Parpol, mestinya Menteri terkait dipecat.
4. Peristiwa ini memperlihatkan bahwa bekerja untuk melayani rakyat tidaklah semudah mengucapkan janji-jani politik. Apalagi jika tidak didukung oleh pengetahuan yang memadai tentang konsep dan teknis melayani rakyat. Beberapa peristiwa sebelumnya sampai Supertoy, memperlihatkan bahwa Presiden SBY tidak memahami dan tidak memiliki pengetahuan yang cukup mengenai konsep yang diajukan oleh pihak luar maupun dari pihak lingkungan istana.

Belajar dari supertoy, semestinya Presiden SBY, tidak lagi mengulang langkah-langkah yang terkesan sembrono dan cerobah tersebut. Jika memang Presiden SBY ingin memajukan para petani, tidak perlu membuat yang aneh-aneh dengan istilah bombastis. Petani sebenarnya sudah cukup terlatih dalam mengelola pertanian. Masalahnya adalah mahalnya harga bibit, pupuk dan rendahnya harga jual gabah. Tak heran Harian Kompas mengatakan bahwa Indonesia telah masuk dalam perangkap perusahaan MNC. Untuk keluar dari perangkap tersebut, mestinya pemerintah mulai mendorong upaya-upaya mengembangkan varietas bibit lokal. Upaya ini telah lama dikembangan oleh kelompok petani dipelbagai daerah. Misalnya di Sumbar, varietas bibit padi lokal sudah lama ditanam kembali oleh petani Sumbar. Untuk mengatasi kesulitan pupuk, para petani di Sumbar telah mengembangkan pupuk organik. sehingga perlahan-perlahan ketergantungan pada produk bibit dan pupuk dari MNC bisa dikurangi. Bahkan untuk memperkuat gerakan kembali ke alam, Di Sumatera Barat telah didirikan Persatuan Petani Organik (PPO), selain itu, guna menopang kegiatan ekonomi petani, di Sumbar juga didirikan Lembaga Keuangan Mikro Agribisnis (LKMA). Sayangnya, kreasi lokal ini kurang mendapat dukungan dan perhatian dari pemerintah Pusat dan daerah. kreatifitas lokal yang dikembangkan ini sesungguhnya juga ada di Jawa, bali dan daerah lainnya. Jika Presiden sedikit mau buka mata, maka kisah kebohongan super toy, tidak akan terjadi. dan dengan sendirinya Presiden SBY bisa menilai, sejauhmana pembantunya bekerja guna mensukseskan program kerja dan janji politik waktu 2004. Wallahu'alam

Tidak ada komentar: